Subscribe

We'll not spam mate! We promise.

Sunday, October 4, 2015

Kerangka Dasar

Kerangka Dasar adalah sekumpulan titik dengan penyebaran tertentu yang mempunyai nilai koordinat dan tinggi yang berguna sebagai kontrol dan pengikat. Adapun macam-macam dari kerangka dasar ada 2, yaitu Kerangka Dasar Horizontal (KDH) dan Kerangka Dasar Vertikal (KDV).


Pada pemetaan yang mencakup daerah yang luas, penyelenggaraan kerangka dasar dilakukan secara bertingkat, sehingga untuk Kerangka Dasar Horizontal (KDH) dikenal titik-titik primer, sekunder, tersier, dan kuarter. Sebagai contoh, ada di Pulau Jawa :

  1. Titik-titik Primer berjarak sekitar 20-40 km
  2. Titik-titik Sekunder berjarak sekitar 10-20 km
  3. Titik-titik Tersier berjarak sekitar 3-10 km
  4. Titik-titik Kuarter berjarak sekitar 1-3 km

Sedangkan untuk pemetaan daerah yang relatif kecil, dilakukan lagi perapatan titik dengan jarak yang lebih kecil dan metoda yang digunakan biasanya adalah metoda poligon, dengan syarat harus ada titik awal dan ada sudut jurusan awal.

Untuk koordinat titik awal terdapat beberapa kemungkinan :

  1. Bila diperlukan koordinat dalam sistem yang berlaku umum, contohnya Indonesia, maka koordinat titik awal dapat diambil dari koordinat umum yang berlaku atau diikatkan terhadap koordinat umum yang berlaku.
  2. Bila diperlukan koordinat dalam sistem yang berlaku umum tapi di daerah itu tidak ada koordinat umum yang berlaku, maka salah satu titik dianggap sebagai titik awal dan pada titik tersebut dilakukan pengukuran astronomi untuk mendapatkan koordinat geografisnya (lintang dan bujur). Kemudian titik itu ditransformasikan ke sistem yang berlaku umum tadi.
  3. Bila tidak diperlukan koordinat dalam sistem yang berlaku umum maka salah satu titik dianggap sebagai titik awal dan koordinatnya ditentukan sembarang (koordinat lokal).
Untuk sudut jurusan awal terdapat beberapa kemungkinan :
  1. Jika di daerah tersebut terdapat 2 titik yang mempunyai koordinat yang berlaku umum maka sudut jurusan awal dapat ditentukan dari kedua titik tersebut.
  2. Jika di daerah tersebut tidak terdapat titik yang mempunyai koordinat yang berlaku umum maka sudut jurusan awal dapat ditentukan dengan cara melakukan pengukuran astronomis (pengamatan bintang atau matahari), pengukuran dengan menggunakan gyro Theodolite, pengukuran dengan menggunakan theodolite kompas, atau sudut jurusan awal ditentukan sembarang (lokal).
Titik-titik kerangka dasar selain mempunyai nilai koordinat juga mempunyai nilai tinggi atau elevasi. Tinggi dapat dinyatakan dalam sistem yang berlaku umum misalnya terhadap MSL dan dapat juga dinyatakan secara lokal. Bila diminta pada sistem yang berlaku umum maka harus diikatkan pada Titik Tinggi Teliti atau pada TTG (Titik Tinggi Geodesi).

Pengukuran titik-titik kerangka dasar mengikuti ketentuan yang ditetapkan dalam spesifikasi teknik pengukuran. Namun pada kerangka dasar horizontal, orientasi awal berdasarkan dari nilai koordinat atau ditentukan secara lokal. 

Socializer Widget By Blogger Yard
SOCIALIZE IT →
FOLLOW US →
SHARE IT →

0 comments:

Post a Comment